QADHA’ DAN QADAR

OLEH: SYAIKH MUHAMMAD SHALEH AL`UTSAIMIN

PENDAPAT – PENDAPAT
TENTANG QADAR

Pembaca yang budiman.
Umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah menjadi tiga golongan :
Pertama: mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadar dan menolak adanya kehendak dan kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dia hanya disetir dan tidak mempunyai pilihan, laksana pohon yang tertiup angin. Mereka tidak membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi dengan kemauannya dan perbuatan yang terjadi tanpa kemauannya, tentu saja mereka ini keliru dan sesat, kerena sudah jelas menurut agama, akal dan adat kebiasaan bahwa manusia dapat membedakan antara perbuatan yang di kehendaki dan perbuatan yang terpaksa.

Kedua: mereka yang ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk sehingga mereka menolak bahwa apa yang diperbuat manusia adalah karena kehendak dan keinginan Allah SWT serta diciptakan olehNya. Menurut mereka, manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya. Bahkan ada diantara mereka yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh manusia kecuali setelah terjadi. Mereka inipun sangat ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk.

Ketiga : mereka yang beriman, sehingga diberi petunjuk eleh Allah SWT untuk menemukan kebenaran yang telah diperselisihkan. Mereka itu adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam masalah ini mereka menempuh jalan tengah dengan berpijak di atas dalil syar’i dan dalil aqli. Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang dijadikan Allah SWT di alam semesta ini terbagi atas dua macam :

1- Perbuatan yang dilakukan oleh Allah SWT terhadap makhlukNya. Dalam hal ini tak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat dan banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah SWT. Hal seperi ini, tentu saja tak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun kecuali bagi Allah SWT yang Maha Esa dan Kuasa.
2- Perbutan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai kehendak. Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauan pelakunya; karena Allah SWT menjadikannya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah SWT :

لمن شاء منكم أن يستقيم

Artinya : “Bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus”. (At Takwir: 28).

منكم من يريد الدنيا ومنكم من يريد الآخرة

Artinya : “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat”.( Ali Imran : 152)

فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر

Artinya : “ Maka barang siapa yang ingin ( beriman ) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin ( kafir ) biarlah ia kafir “( Al Kahfi: 29)
Manusia bisa membedakan antara perbuatan yang terjadi kerena kehendaknya sendiri dan yang terjadi karena terpaksa. Sebagai contoh, orang yang dengan sadar turun dari atas rumah melalui tangga, ia tahu kalau perbuatannya atas dasar pilihan dan kehendaknya sendiri. Lain halnya kalau ia terjatuh dari atas rumah, ia tahu bahwa hal tersebut bukan karena kemauannya. Dia dapat membedakan antara kadua perbutan ini, yang pertama atas dasar kumauannya dan yang kedua tanpa kemauannya. Dan siapapun mengetahui perbedaan ini.
Begitu juga orang yang menderita sakit beser umpamanya, ia tahu kalau air kencingnya keluar tanpa kemauanya. Tetapi apa bila ia sudah sembuh, ia sadar bahwa air kencingnya keluar dengan kemauannya. Dia mengetahui perbedaan antara kedua hal ini dan tak ada seorangpun yang mengingkari adanya perbedaan tersebut.
Demikian segala hal yang terjadi pada diri manusia, dia mengetahui, perbedaan antara mana yang terjadi dengan kemauannya dan mana yang tidak.
Akan tetapi, karena kasih sayang Allah SWT , ada diantara perbuatan manusia yang terjadi atas kemauannya namun tidak dinyatakan sebagai perbuatannya. Seperti perbuatan orang yang kelupaan, dan orang yang sedang tidur. Firman Allah SWT dalam kisah Ashabul kahfi :

 ونقلبهم ذات اليمين وذات الشمال  سورة الكهف، الآية : 18.

Artinya : “ ..Dan kami balik – balikkan mereka ke kanan dan ke kiri …” (Al- Kahfi: 18)

Padahal mereka sendiri yang sebenarnya berbalik ke kanan dan berbalik ke kiri, tetapi Allah SWT menyatakan bahwa Dialah yang membalik – balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sebab orang yang sedang tidur tidak mempunyai kemauan dan pilihan serta tidak mendapatkan hukuman atas perbuatannya. Maka perbuatan tersebut di nisbahkan kepada Allah SWT.
Dan sabda Nabi Muhammad SAW :
“ Barang siapa yang lupa ketika dalam keadaan berpuasa, lalu makan atau minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, kerena Allah SWT yang memberinya makan dan minum “

Dinyatakan dalam hadits ini, bahwa yang memberi makan dan minum adalah Allah SWT , karena perbuatannya tersebut terjadi di luar kesadarannya, maka seakan – akan terjadi tanpa kemauannya.
Kita semua mengetahui perbedaan antara perasan sedih atau perasaan senang yang kadang kala dirasakan seseorang dalam dirinya tanpa kemauannya serta dia sendiri tidak mengetahui sebab dari kedua perasaan tersebut yang timbul dari perbuatan yang dilakukan oleh dirinnya sendiri. Hal ini, alhamdulillah, sudah cukup jelas dan gamblang.

SANGGAHAN ATAS
PENDAPAT PERTAMA

Pembaca yang budiman
Seandainnya kita mengambil dan mengikuti pendapat golongan yang pertama, yaitu mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadar, niscaya sia-sia lah syari’at ini dari tujuan semula. Sebab bila dikatakan bahwa manusia tidak mempunyai kehendak dalam perbuatannya, berarti tidak perlu dipuji atas perbuatannya yang terpuji dan tidak perlu dicela atas perbuatannya yang tercela. Karena pada hakekatnya perbuatan tersebut dilakukan tanpa kehendak dan keinginan darinya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT maha suci dari pendapat dan paham yang demikian ini.
Adalah merupakan kezhaliman, jika Allah SWT menyiksa orang yang berbuat maksiat yang perbuatan maksiat tersebut terjadi bukan dengan kehendak dan keinginannya.
Pendapat seperti ini sangat jelas bertentangan dengan firman Allah SWT :

وَقَالَ قَرِينُهُ هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ(23)أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ(24)مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ(25)الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ(26)قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ(27)قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ(28) مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (29)

Artinya : “ Dan ( malaikat ) yang menyertai dia berkata : ‘ inilah (catatan amalnya ) yang tersedia pada sisiku, Allah berfirman : “ lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala; yang sangat enggan melakukan kebaikan, melanggar batas lagi ragu-ragu; yang menyembah sesembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat (pedih ). Sedang ( syaitan ) yang menyertai dia berkata : “ ya Robb kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh’. Allah berfirman : “ Janganlah kamu bertengkar d ihadapanku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu. Keputusan di sisiKu tidak dapat di ubah, dan aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambaKu ( Qaaf : 23- 29)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa siksaan dariNya itu adalah kerena keadilanNya, dan sama sekali Dia tidak zhalim terhadap hamba-hambaNya. Sebab Allah SWT telah memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka, telah menjelaskan jalan kebenaran dan jalan kesesatan bagi mereka, akan tetapi mereka memilih jalan kesesatan, maka mereka tidak akan memiliki alasan di hadapan Allah SWT untuk membantah keputusanNya.
Andaikata kita menganut pendapat yang batil ini, niscaya sia-sialah firman Allah SWT ini :

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا ( سورة النساء، الآية : 165).

Artinya: “( kami utus mereka) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Dan Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana “. ( An- Nisaa’ : 165)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa tidak ada alasan lagi bagi manusia setelah di utusnya para Rasul, karena sudah jelas hujjah Allah SWT atas mereka. Maka seandainya masalah qadar bisa dijadikan alasan bagi mereka, tentu alasan ini akan tetap berlaku sekalipun sesudah diutusnya para Rasul. Karena qadar ( takdir) Allah SWT sudah ada sejak dahulu sebelum diutusnya para Rasul dan tetap ada sesudah di utusnya mereka.
Dengan demikian pendapat ini adalah batil karena tidak sesuai dengan nash ( dalil ) dan kenyataan, sebagaimana telah kami uraikan dengan contoh- contoh di atas.
SANGGAHAN
ATAS PENDAPAT KEDUA
Adapun pendapat kedua, yaitu pendapat golongan yang ekstrim dalam menetapkan kemampuan manusia, maka pendapat inipun bertentangan dangan nash dan kenyataan. Sebab banyak ayat yang menjelaskan bahwa kehendak manusia tidak lepas dari kehendak Allah SWT. Firman Allah :



 لمن شاء منكم أن يستقيم, وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين 

Artinya : “ ( yaitu ) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki ( menempuh jalan itu) kecuali apabila di kehendaki oleh Allah, Tuhan semesta Alam “.(At Takwir : 28- 29)

 وربك يخلق ما يشاء ويختار ما كان لهم الخيرة 

Artinya : Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” ( Al Qashash: 68)

 والله يدعو إلى دار السلام ويهدي من يشاء إلى صراط مستقيم 

Artinya: “ Allah menyeru ( manusia ) ke Darussalam ( surga ), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus (Islam)” (Yunus: 25).

Mereka yang menganut pendapat ini sebenarnya telah mengingkari salah satu dari rububiyah Allah, dan berprasangka bahwa ada dalam kerajaan Allah ini apa yang tidak dikehendaki dan tidak di ciptakanNya. Padahal Allah lah yang menghendaki segala sesuatu, menciptakannya dan menentukan qadar ( takdir) nya.

Sekarang kalau semuanya kembali kepada kehendak Allah dan segalanya berada di Tangan Allah, lalu apakah jalan dan upaya yang akan ditempuh seseorang apa bila dia telah di takdirkan Allah tersesat dan tidak dapat petunjuk ?
Jawabnya : bahwa Allah SWT menunjuki orang-orang yang patut mendapat petunjuk dan menyesatkan orang-orang yang patut menjadi sesat. Firman Allah :

 فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم والله لا يهدي القوم الفسقين 

Artinya: “ Maka tatkala mereka berpaling ( dari kebenaran ) Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.( Ash Shaf : 5)

فبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ
Artinya : “( tetapi ) kerena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mareka dan Kami jadikan hati mereka keras mambatu, mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka yang telah di beri peringatan dengannya” . (Al Ma’idah : 13)

Di sini Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak menyesatkan orang yang sesat kecuali disebabkan oleh dirinya sendiri. Dan sebagaimana telah kami terangkan tadi bahwa manusia tidak dapat mengetahui apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT untuk dirinya. Karena dia tidak mengetahui takdirnya kecuali apabila sudah terjadi, maka dia tidak tahu apakah dia ditakdirkan Allah menjadi orang yang tersesat atau menjadi orang yang mendapat petunjuk.
Kalau begitu, mengapa jika seseorang menempuh jalan kesesatan lalu berdalih bahwa Allah SWT telah menghendakinya demikian ? Apa tidak lebih patut baginya menempuh jalan kebenaran kemudian mengatakan bahwa Allah SWT telah menunjukkan kepadaku jalan kebenaran.

Pantaskah dia menjadi orang yang jabri kalau tersesat dan qadari ( ) kalau berbuat kebaikan ?

Sungguh tak pantas seseorang menjadi jabri ketika berada dalam kesesatan dan kemaksiatan, kalau ia tersesat atau berbuat maksiat kepada Allah SWT ia mengatakan : “ ini sudah takdirku, dan tak mungkin aku dapat keluar dari ketentuan dan takdir Allah”; tetapi ketika berada dalam ketaatan dan memperoleh taufiq dari Allah untuk berbuat ketaatan dan kebaikan ia mengatakan : “ ini kuperoleh dari diriku sendiri”. Dengan demikian ia menjadi qadari dalam segi ketaatan dan menjadi jabri dalam segi kemaksiatan.
Ini tidak dibenarkan sama sekali, sebab sebenarnya manusia mempunyai kehendak dan kemampuan.
Masalah hidayah persis seperti masalah rizki dan menuntut ilmu. Sebagaimana kita semua tahu bahwa manusia telah ditentukan untuknya rizki yang menjadi bagiannya. Namun demikian dia tetap berusaha untuk mencari rizki ke sana dan kemari baik di daerahnya sendiri atau di luar daerahnya. Tidak duduk di rumah saja saraya berkata : “ kalau sudah ditakdirkan untukku rizkiku tentu ia akan datang dengan sendirinya”. bahkan dia akan berusaha untuk mencari rizki tersebut. Padahal rizki ini disebutkan bersamaan dengan amal perbuatan, sebagaimana di sebutkan dalam hadits Nabi  yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA:

“Sesungguhnya kalian ini dihimpunkan kejadiannya dalam perut ibu selama empat puluh hari berupa air mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari pula, kemudian berubah menjadi segumpal daging selama empat puluh hari pula, lalu Allah mengutus seorang malaikat yang diberi tugas untuk mencatat empat perkara, yaitu rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya dan apakah ia termasuk orang celaka atau bahagia”.

Jadi rizki inipun telah tercatat seperti halnya amal perbuatan, baik ataupun buruk, juga telah tercatat.
Kalau begitu, mengapa anda pergi kesana dan kemari untuk mencari rizki dunia tetapi tidak berbuat kebaikan untuk mencari rizki akherat dan mendapatkan kebahagiaan surga ? padahal kedua-duanya adalah sama, tidak ada perbedaannya.
Jika anda mau berusaha untuk mencari rizki dan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan anda, sehingga kalau anda sakit, pergi kemanapun untuk mencari dokter ahli untuk mengobati penyakit anda, padahal anda tuhu kalau ajal telah ditentukan, tidak akan dapat bertambah dan tidak maupun berkurang. Anda tidak bersikap pasrah sambil berkata : “ sudahlah aku tetap tinggal di rumah saja meski menderita sakit , kerena kalaupun aku di takdirkan panjang umur aku akan tetap hidup”. Bahkan anda berusaha sekuat tenaga untuk mencari dokter yang ahli, yang sekiranya dapat menyembuhkan penyakit anda dengan takdir Allah . jika demikian, mengapa usaha anda di jalan akherat dan dalam amal shaleh tidak seperti usaha anda untuk kepentingan duniawi?
Sebagaiman telah aku kemukakan bahwa masalah qadar adalah rahasia Allah SWT yang tersembunyi, tak mungkin anda dapat mengetahuinya. Sekarang anda di antara dua jalan : jalan yang membawa anda kepada keselamatan, kebahagiaan, kedamaian dan kemuliaan ; dan jalan yang dapat membawa anda kepada kehancuran, penyesalan, dan kehinaan. Sekarang anda sedang berdiri di antara ujung kedua jalan tersebut dan bebas untuk memilih tak ada seorangpun yang akan merintangi anda untuk melalui jalan yang kanan atau jalan yang kiri. Anda dapat pergi kemanapun sesuka hati anda. Lalu mengapa anda memilih jalan kiri (sesat) kemudian berdalih bahwa” itu sudah takdirku”? apa tidak lebih patut jika anda memilih jalan kanan dan mengatakan bahwa “ itu takdirku” ?
Untuk lebih jelasnya, apa bila anda mau bepergian ke suatu tempat dan di hadapan anda ada dua jalan. Yang satu mulus, lebih pendek dan lebih aman ; sedang yang kedua rusak, lebih panjang dan mengerikan. Tentu saja anda akan memilih jalan yang mulus, yang lebih pendek dan lebih aman, tidak memilih jalan yang tidak mulus, tidak pendek dan tidak aman. Ini berkenaan dengan jalan yang visual, begitu juga dengan yang non visual, sama saja dan tidak ada bedanya. Namun kadang kala hawa nafsulah yang memegang peran dan menguasai akal. Padahal, sebagai seorang mu’min seyogyanya akalnyalah yang harus lebih berperan dan menguasai hawa nafsunya. Jika orang menggunakan akalnya, maka akal itu menurut pengertian yang sebenarnya akan melindungi pemiliknya dari yang membahayakan dan membawanya kepada yang bermanfaat dan membahagiakan.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa manusia mempunyai kehendak dan pilihan dalam perbuatan yang di lakukannya secara sadar, bukan terpaksa. Kalau manusia berbuat dengan kehendak dan pilihannya untuk kepentingan dunia, maka iapun seharusnya begitu pula dalam usahanya menuju akherat. Bahkan jalan menuju akherat lebih jelas. Karena Allah  telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an dan melalui sabda RasulNya  , maka jalan menuju akherat tentu saja lebih jelas dan lebih terang daripada jalan untuk kepentingan dunia.
Namun kenyataannya, manusia mau berusaha untuk kepentingan dunia yang tidak terjamin hasilnya dan meninggalkan jalan menuju akhirat yang telah terjamin hasilnya dan diketahui balasannya berdasarkan janji Allah SWT , dan Allah SWT tidak akan menyalahi janjiNya.

Pembaca yang budiman
Inilah yang menjadi ketetapan Ahlussunnah Wal Jamaah dan inilah yang menjadi aqidah serta madzhab mereka, yaitu bahwa manusia berbuat atas dasar kemauannya dan berkata menurut keinginannya, tetapi keinginan dan kemauannya itu tidak lepas dari kemauan dan kehendak Allah SWT. Dan Ahlussunnah Wal Jamaah mengimani bahwa kehendak Allah  tidak lepas dari hikmah kebijaksanaanNya, bukan kehendak yang mutlak da absolut, tetapi kehendak yang senantiasa sesuai dengan hikmah kebijaksanaanNya. Karena di antara asma Allah SWT adalah AL- HAKIM yang artinya Maha Bijaksana yang memutuskan segala sesuatu dan bijaksana dalam keputusanNya.
Allah SWT dengan sifat hikmahNya, menentukan hidayah bagi siapa yang di kehendakiNya yang menurut pengetahuanNya benar-benar menginginkan al-haq dan hatinya dalam istiqamah. Dan dengan sifat hikmahNya pula, dia menentukan kesesatan bagi siapa yang suka akan kesesatan dan hatinya tidak senang dengan Islam. Sifat hikmah Allah SWT tidak dapat menerima bila orang yang suka akan kesesatan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk, kecuali jika Allah SWT memperbaiki hatinya dan merubah kehendaknya, dan Allah SWT maha kuasa atas segala sesuatu. Namun, sifat hikmahNya menetapkan bahwa setiap sebab berkait erat dengan dengan akibatNya.
TINGKATAN
QADHA’ DAN QADAR

Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah, qadha’ dan qadar mempunyai empat tingkatan :

Pertama : Al-‘Ilm (pengetahuan)
Artinya mengimani dan meyakini bahwa Allah  maha tahu atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu termasuk perbuatanNya sendiri atau perbuatan makhlukNya. Tak ada sesuatupun yang tersembunyi bagiNya.

Kedua : Al-kitabah (penulisan)
Artinya mengimani bahwa Allah SWT telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam lauh mahfuzh.
Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya:

ألم تعلم أن الله يعلم ما في السماء والأرض, إن ذلك في كتاب, إن ذلك على الله يسير

Artinya : “ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (lauh mahfuzh). sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”.(Al- Hajj:70)

Dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah SWT mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang demikian itu tertulis dalam sebuah kitab lauh mahfuzh.

Sebagaimana dijelaskan pula oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“ Pertama kali tatkala Allah SWT menciptakan qalam (pena), Dia firmankan kepadanya : tulislah!. Qalam itu berkata : ya Tuhanku, apakah yang hendak kutulis? Allah SWT berfirman : Tulislah apa saja yang akan terjadi ! maka seketika itu bergeraklah qalam itu menulis segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat”.

Ketika Nabi Muhammad SAW ditanya tentang apa yang hendak kita perbuat, apakah sudah ditetapkan atau tidak ? beliau menjawab : “ sudah ditetapkan”.
Dan ketika beliau ditanya: “ mengapa kita mesti berusaha dan tidak pasrah saja dengan takdir yang sudah tertulis ? beliapun menjawab : “ berusahalah kalian, masing-masing akan dimudahkan menurut takdir yang telah ditentukan baginya”. Kemudian beliau mensitir firman Alah :

فأما من أعطى واتقى, وصدق بالحسنى, فسنيسره لليسرى, وأما من بخل واستغنى, وكذب بالحسنى, فسنيسره للعسرى

Artinya : “ Adapun orang yang memberikan hartanya (di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami akan memudahkan baginya( jalan) yang mudah. Sedangkan orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan adanya pahala yang terbaik, maka Kami akan memudahkan baginya (jalan) yang sukar”.( Al Lail: 5 – 10)

Oleh karena itu hendaklah anda berusaha, sebagaimana yang diperintahkan nabi Muhammad SAW kepada para sahabat. Anda akan di mudahkan menurut takdir yang telah ditentukan Allah SWT.

Ketiga : Al- Masyiah ( kehendak ).
Artinya: bahwa segala sesuatu, yang terjadi atau tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah SWT . hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al –Karim. Dan Allah SWT telah menetapkan bahwa apa yang diperbuatNya, serta apa yang diperbuat para hambaNya juga dengan kehendakNya. Firman Allah :

 لمن شاء منكم أن يستقيم, وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العلمين 

Artinya : “ ( yaitu ) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki ( menempuh jalan itu ) kecuali apa bila dikehendaki Allah,Tuhan semesta alam”. ( At Takwir : 28 -29)

 ولو شاء ربك ما فعلوه 

Artinya: “ jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya”. ( Al – An’am : 112)

 ولو شاء الله ما اقتتلوا ولكن الله يفعل ما يريد 

Artinya: “ Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehandakinya”. ( Al – Baqarah : 253)

Dalam ayat – ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa apa yang diperbuat oleh manusia itu terjadi dengan kehendakNya.
Dan banyak pula ayat– ayat yang menunjukkan bahwa apa yang diperbuat Allah adalah dengan kehendakNya. Seperti firman Allah :

 ولو شئنا لأتيناه كل نفس هداها 

Artinya : “ Dan kalau kami menghendaki niscaya akan kami berikan kepada tiap – tiap jiwa petunjuk ( bagi ) nya”.( As Sajdah: 13)

 ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة 

Artinya : “ jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu”. ( Huud : 118)

Dan banyak lagi ayat–ayat yang menetapkan kehendak Allah dalam apa yang diperbuatNya.
Oleh karena itu, tidaklah sempurna keimanan seseorang kepada qadar ( takdir) kecuali dengan mengimani bahwa kehendak Allah SWT meliputi segala sesuatu. Tak ada yang terjadi atau tidak terjadi kecuali dengan kehendakNya. Tak mungkin ada sesuatu yang terjadi di langit ataupun di bumi tanpa dengan kehendak Allah SWT.
Keempat : Al – Khalq ( penciptaan )
Artinya mengimani bahwa Allah pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi penciptanya tiada lain kecuali Allah SWT. Sampai “ kematian” lawan dari kehidupan itupun diciptakan .
Allah. Firman Allah :

 الذي خلق الموت والحيوة ليبلوكم أيكم أحسن عملا 

Artinya: “ Yang menjadikan hidup dan mati, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”.( Al Mulk : 2)
Jadi segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi penciptanya tiada lain kecuali Allah SWT.
Kita semua mengetahui dan meyakini bahwa apa yang terjadi dari hasil perbuatan Allah adalah ciptaanNya. Seperti langit, bumi, gunung, sungai, matahari, bulan, bintang, angin, manusia dan hewan kesemuanya adalah ciptaan Allah. Demikian pula apa yang terjadi untuk para makhluk ini , seperti : sifat, perubahan dan keadaan, itupun ciptaan Allah SWT.
Akan tetapi mungkin saja ada orang yang merasa sulit memahami, bagaimana dapat dikatakan bahwa perbuatan dan perkataan yang kita lakukan dengan kehendak kita ini adalah ciptaan Allah SWT?
Jawabnya : ya, memang demikian, sebab perbuatan dan perkataan kita ini timbul karena adanya dua faktor, yaitu kehendak dan kemampuan. Apa bila perbuatan manusia timbul karena kehendak dan kemampuannya, maka perlu diketahui bahwa yang menciptakan kehendak dan kemampuan manusia adalah Allah SWT. Dan siapa yang menciptakan sebab dialah yang menciptakan akibatnya.
Jadi, sebagai argumentasi bahwa Allah-lah yang menciptakan perbuatan manusia maksudnya adalah bahwa apa yang diperbuat manusia itu timbul karena dua faktor, yaitu : kehendak dan kemampuan. Andaikata tidak ada kehendak dan kemampuan, tentu manusia tidak akan berbuat, karena andaikata dia menghendaki, tetapi tidak mampu, tidak akan dia berbuat, begitu pula andaikata dia mampu, tetapi tidak menghendaki, tidak akan terjadi suatu perbuatan. Jika perbuatan manusia terjadi karena adanya kehendak yang mantap dan kemampuan yang sempurna, sedangkan yang menciptakan kehendak dan kemampuan tadi pada diri manusia adalah Allah SWT, maka dengan ini dapat dikatakan bahwa yang menciptakan perbuatan manusia adalah Allah SWT.
Akan tetapi, pada hakekatnya manusialah yang berbuat, manusialah yang bersuci, yang melakukan shalat, yang menunaikan zakat, yang berpuasa, yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, yang berbuat kemaksiatan, yang berbuat ketaatan; hanya saja perbuatan ini ada dan terjadi dengan kehendak dan kemampuan yang diciptakan oleh Allah SWT. Dan alhamdulillah hal ini sudah cukup jelas.
Keempat tingkatan yang disebutkan tadi wajib kita tetapkan untuk Allah SWT. Dan hal ini tidak bertentangan apabila kita katakan bahwa manusia sebagai pelaku perbuatan.
Seperti halnya kita katakan : “api membakar” padahal yang menjadikan api dapat membakar adalah Allah SWT. Api tidak dapat membakar dengan sendirinya, sebab seandainya api dapat membakar dengan sendirinya, tentu ketika nabi Ibrahim AS dilemparkan ke dalam api, akan terbakar hangus. Akan tetapi, ternyata beliau tidak mengalami cidera sedikitpun, karena Allah SWT berfirman pada api itu :
 يا نار كونى بردا وسلاما على إبراهيم 

Artinya : “ hai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim”.(Al Anbiya’: 69)
Sehingga Nabi Ibrahim tidak terbakar, bahkan tetap dalam keadaan sehat walafiat.
Jadi api tidak dapat membakar dengan sendirinya, tetapi Allah-lah yang menjadikan api tersebut mempunyai kekuatan untuk membakar. Kekuatan api untuk membakar adalah sama dengan kehendak dan kemampuan pada diri manusia untuk berbuat, tidak ada perbedaanya. Hanya saja, Karena manusia mempunyai kehendak, perasaan, pilihan dan tindakan, maka secara hukum yang dinyatakan sebagai pelaku tindakan adalah manusia. Dia akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang diperbuatnya, karena dia berbuat menurut kehendak dan kemauannya sendiri.

contoh pidato

PUASA RAMADHAN
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Bapak dewan guru yang kami hormati, temen-teman yang kami cintai.Untuk mengawali jumpa kini pada saat-saat ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat allah SWT. Karena dengan segala anugerah-Nya kita bisa menikmati segala fasilitas, baik berupa kesehatan jasmani maupun rohani, dan juga berupa kenikmatan iman dan islam. Semoga kita termasuk hamba Alloh yang benar-benar iman berkat hidayah-Nya.

Sholawat serta salam mudah-mudahan tetap terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Karena beliaulah sebagian utusan hasanah dalam hidup ini, dan patuhlah kita ambil suri tauladannya.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Dalam bulan Ramadhan Allah mewajibkan kita semua untuk berpuasa. Dan kewajiban puasa ramadhan ini hanyalah di tujukan kepada orang-orang beriman. Di samping itu juga Allah mensyariatkan ibadah kepada orang-orang beriman di malam harinya. Maka pada kesempatan yang baik itu haruslah kita gunakan, agar kita benar-benar bisa meraih keberuntungan. Puasa di bulan Ramadhan dan beribadah di malam harinya hendaknya didasari dengan iman dan semata-mata mengaharap ridha Allah semata, agar dosa-dosa yang pernah kita lakukan senantiasa diampuni oleh Allah SWT, sebagai mana seseorang bayi yang baru lahir dari perut ibunya.

Hadirin sekalian yang berbahagia

Orang-orang yang berpuasa dengan didasari iman dan semata-mata mengharap ridha Allah, maka semua dosa-dosa yang berlalu akan diampuninya. Dengan mengetahui hal semacam ini, mari kita berusaha dengan oftimal melakukan puasa Ramadhan dengan penuh ikhlas agar yang kita lakukan tidak sia-sia tetapi bisa mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Dan di samping itu pula dosa-dosa yang berlalu akan diampuni oleh Allah SWT.

Cukup sampai di sisni jumpa kita melalui mimbar pesantren kilat, semoga membawa manfaat yang kami sampaikan tadi. Billahi taufik walhidayat.

Wassalamu’alaiku Wr.Wb.









PERSAUDARAAN SESAMA MUSLIM
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Bapak dewan guru yang kami hormati, teman-teman yang kami cintai. Puja dan puji syukur kita sanjungkan kepada Illahi Rabbi yang telah melimpahkan anugerahnya kepada kita sekalian sehinga pada detik ini kita masih dalam kondisi yang prima.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Karena beliaulah yang menyebarkan islam ke penjuru pelosok dunia, sehingga kita mampu membedakan yang haq dan yang bathil berkat hidayah dari Allah SWT.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Semua umat islam tentu saja mendambakan suatu kedamaian, karena dengan kedamaian hidup bisa tenang, makmur, dan juga terjamin dalam melaksanakan berbagai aktifitas. Untuk menciptakkan suasana yang sedemikian ini, maka di butuhkan rasa persaudaraan dan kesatuan umat. Dan rasa bersatu padu bisa terealisasi dalam kehidupan sehari-hari apabila umat islam satu sama lain saling menyayangi, mencintai dan saling mengasihi. Sifat-sifat yang baik semacam itu harus benar-benar kita terapkan mulai dari lingkungan keluarga sampai lingkungan yang luas yakni umat islam di penjuru dunia.

Demikianlah sekilas yang kami bisa sampaikan melalui mimbar pesantren kilat. Mudah-mudahan kita termasuk orang beriman yang saling mencintai dan menyayangi dalam kehidupan sehari-hari. Kurang lebihnya kami mohon ma’af dan sampai jumpa pada kesempatan berikutnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

PENGERTIAN TAUHID DAN MACAM – MACAMNYA

Walaupun masalah qadha’ dan qadar menjadi ajang perselisian di kalangan umat Islam, tetapi Allah SWT telah membuka hati para hambaNya yang beriman, yaitu para salaf shaleh yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha’ dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah SWT atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk dalam salah satu diantara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
Pertama : tauhid Ar- Rububiyah, ialah mengesakan Allah SWT dalam perbuatanNya , yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta , menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Kedua : tauhid AL- Uluhiyah, ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Ketiga : tauhid Al- Asma’ was- Shifat, ialah mengesakan Allah SWT dalam asma’ dan sifatNya. artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah SWT dalam dzat, asma’; maupun sifat.

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid Ar- Rububiyah. Oleh karena itu imam Ahmad rahimahullah berkata : “qadar adalah merupakan kekuasaan Allah SWT “.karena tak syak lagi, qadar ( takdir ) termasuk qudrat dan kekuasanNya yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah SWT yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya kecuali Dia, tertulis pada lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.

CARA MENGATASI EMOSI


Ketika emosi dan amarah memuncak maka segala sifat buruk yang ada dalam diri kita akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahannya pada benda, binatang, orang lain, dll di sekitarnya.
Banyak orang bilang kalau menyimpan emosi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat pecah sewaktu-waktu dan bisa melakukan hal-hal yang lebih parah dari orang yang rutin emosian. Oleh sebab itu sebaiknya bila ada rasa marah atau emosi sebaiknya segera dihilangkan atau disalurkan pada hal-hal yang tidak melanggar hukum dan tidak merugikan manusia lain.

Beberapa ciri-ciri orang yang tidak mampu mengandalikan emosinya :


1. Berkata keras dan kasar pada orang lain.
2. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya.
3. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya.
4. Melakukan tindak kriminal / tindak kejahatan.
5. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dsb.
6. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam.
7. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain. dsb…

Cara lainnya :
1. Rasakan Yang Orang Lain Rasakan
Cobalah bayangkan apabila kita marah kepada orang lain. Nah, sekarang tukar posisi di mana anda menjadi korban yang dimarahi. Bagaimana kira-kira rasanya dimarahi. Kalau kemarahan sifatnya mendidik dan membangun mungkin ada manfaatnya, namun jika marah membabi buta tentu jelas anda akan cengar-cengir sendiri.
2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman
Jika sedang marah alihkan perhatian anda pada sesuatu yang anda sukai dan lupakan segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi anda. Jika emosi agak memuncak mingkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.

3. Mencari Kesibukan Yang Disukai
Untuk melupakan kejadian atau sesuatu yang membuat emosi kemarahan kita memuncak kita butuh sesuatu yang mengalihkan amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Contoh seperti mendengarkan musik, main ps2 winning eleven, bermain gitar atau alat musik lainnya, membaca buku, chating, chayang-chayangan dengan kekasih pujaan hati, menulis artikel, nonton film box office, dan lain sebagainya. Hindari perbuatan bodoh seperti merokok, make narkoba, dan lain sebagainya.

4. Curahan Hati / Curhat Pada Orang Lain Yang Bisa Dipercaya
Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita mungkin dapat sedikit banyak membantu mengurangi beban yang ada di hati. Jangan curhat pada orang yang tidak kita percayai untuk mencegah curhatan pribadi kita disebar kepada orang lain yang tidak kita inginkan. Bercurhatlah pada sahabat, pacar / kekasih, isteri, orang tua, saudara, kakek nenek, paman bibi, dan lain sebagainya.

5. Mencari Penyebab Dan Mencari Solusi
Ketika pikiran anda mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Untuk memudahkan gunakan secarik kertas kosong dan sebatang pulpen untuk menulis daftar masalah yang anda hadapi dan apa saja kira-kira jalan keluar atau solusi masalah tersebut. Pilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan mengurangi beban pikiran anda.

6. Ingin Menjadi Orang Baik
Orang baik yang sering anda lihat di layar televisi biasanya adalah orang yang kalau marah tetap tenang, langsung ke pokok permsalahan, tidak bermaksud menyakiti orang lain dan selalu mengusahakan jalan terbaik. Pasti anda ingin dipandang orang sebagai orang yang baik. Kalau ingin jadi penjahat, ya terserah anda.
7. Cuek Dan Melupakan Masalah Yang Ada
Ketika rasa marah menyelimuti diri dan kita sadar sedang diliputi amarah maka bersikaplah masa bodoh dengan kemarahan anda. Ubah rasa marah menjadi sesuatu yang tidak penting. Misalnya dalam hati berkata : ya ampun…. sama yang kayak begini aja kok bisa marah, nggak penting banget sich…

8. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak
Sebelum marah kepada orang lain cobalah anda memikirkan dulu apakah dengan masalah tersebut anda layak marah pada suatu tingkat kemarahan. Terkadang ada orang yang karena diliatin sama orang lain jadi marah dan langsung menegur dengan kasar mengajak ribut / berantem. Masalah sepele jangan dibesar-besarkan dan masalah yang besar jangan disepelekan.

9. Diversifikasi Tujuan, Cita-Cita Dan Impian Hidup
Semakin banyak cita-cita dan impian hidup anda maka semakin banyak hal yang perlu anda raih dan kejar mulai saat ini. Tetapkan impian dan angan hidup anda setinggi mungkin namun dapat dicapai apabila dilakukan dengan serius dan kerja keras. Hal tersebut akan membuat hal-hal sepele tidak akan menjadi penting karena anda terlalu sibuk dengan rajutan benang masa depan anda. Mengikuti nafsu marah berarti membuang-buang waktu anda yang berharga.

10. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah
Orang yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya tidak nyaman sudah barang tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak penting. Tujuan hidup anda adalah yang paling penting. Anggap kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar anda dan jika perlu mintalah bantuan orang lain untuk mengatasinya.
11. Untuk meredam amarah orang lain sebaiknya kita tidak ikut emosi ketika menghadapi orang yang sedang dilanda amarah agar masalah tidak menjadi semakin rumit. Cukup dengarkan apa yang ingin ia sampaikan dan jangan banyak merespon. Tenang dan jangan banyak hiraukan dan dimasukkan dalam hati apa pun yang orang marah katakan. Cukup ambil intinya dan buang sisanya agar kita tidak ikut emosi atau menambah beban pikiran kita.
12. Jika marahnya karena sesuatu yang kita perbuat maka kalau bukan kesalahan kita jelaskanlah dengan baik, tapi kalau karena kesalahan kita minta maaf saja dan selesaikanlah dengan baik.
13.Cara yang terakhir yaitu pendekatan religius dengan segera mengambil air wudlu.yang jelas selesaikan dengan baik penuh ketenangan batin dan kesabaran dalam mengatasi semua kemarahanya.Lawan api dengan air,jangan api dengan api.


Oke….semoga berhasil menjinakan Emosi anda…