ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA



A.    DEFINISI
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. (Medicafarma,2008)
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu :
1.      Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
2.      Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi
3.      Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
4.      Bersifat reversibel
Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam. (Medlinux,2008)
Asma merupakan suatu perubahan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas secara periodik dan reversibel akibat bronkospasme.(Patofisiologi, 2005)
Gambaran klinis Status Asmatikus : Penderita tampak sakit berat dan sianosis. Sesak nafas, bicara terputus-putus. Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat. Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam koma. (Medlinux,2008)

B.     ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma

1.      Faktor Predisposisi
a.       Genetika
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2.      Faktor presipitasi
a.       Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2)       Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
3)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh :  perhiasan, logam dan jam tangan


b.      Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

c.       Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d.      Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

e.       Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.




C.    MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

D.    PATOFISIOLOGI
Secara ringkas patofisiologi dari asma bronkhiale seperti gambar berikut:


Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003) Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung, 2003) Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)



E.     PATHWAYS



Rounded Rectangle: GDR,Rounded Rectangle: hipoksia 
F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
a.       Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1)      Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.
2)      Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
3)      Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4)      Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b.      Pemeriksaan darah
1)      Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2)      Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3)      Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4)      Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2.      Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.       Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b.      Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
c.       Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d.      Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e.       Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

3.      Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

4.      Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
a.       perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
b.      Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
c.       Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.


5.      Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

6.      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

G.    MASALAH KEPERAWATAN
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.      Kerusakan pertukaran gas bisa dengan gangguan suplai oksigen
3.      Risiko tinggi terhadap infeksi bisa dengan tidak adekuat imunitas.

sejarah proses keperawatan


A.      SEJARAH PROSES KEPERAWATAN
            Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :
1.        Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)
2.       Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan
3.       Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi, bantuan pertolongan dan validasi.
4.       Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan.
5.       Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).
6.       Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
7.       Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) — dibahas lebih lanjut di BAB diagnosa keperawatan.
Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan  pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarganya.
Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar aspek legal praktek keperawatan. 
B.  PENGERTIAN
Proses keperawatan adalah :
1.       Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2.       Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan   meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3.       Merupakan pendekatan ilmiah
4.      Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
 ALASAN PENGGUNAAN PROSES KEPERAWATAN
1.       Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan
2.      Profesionalisme, sesuai dengan konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan    pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat profesional di mana dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan pendekatan proses keperawatan
3.       Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan
4.       Untuk meningkatkan peran serta dan keterlibatan pasien dalam pelayanan keperawatan.

 HUBUNGAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HAK-HAK KLIEN
            The American Hospital Association’s (1972) menerbitkan tulisan tentang pernyataan hak-hak pasien. Menyadari hal tersebut, National Leaque For Nursing (NLN, 1959), sejenis Persatuan Perawat Nasional di Amerika, menyusun suatu rancangan awal pernyataan hak-hak pasien dengan asumsi dasar sebagai berikut :
 1.       Asuhan keperawatan mencakup promosi kesehatan, asuhan dan pencegahan penyakit, ketidakmampuan dan rehabilitasi. Asuhan keperawatan dapat diberikan melalui proses pengajaran, penyuluhan, dan dukungan emsional, serta perawatan pada waktu ia sakit.
2.       Asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan kesehatan secara menyeluruh dan direncanakan, serta diberikan dalam kombinasi dengan pelayanan medis, pendidikan, dan kesejahteraan.
3.       Tenaga keperawatan menghadapi individualitas, martabat, dan hak-hak setiap orang tanpa memandang ras, warna kulit, derajat, kebangsaan, status sosial dan ekonomi.
C.      DEFINISI
Proses keperawatan dapat didefenisikan berdasarkan tiga dimensi yaitu: tujuan, organisasi, dan property/karaktersitik.
a.             Tujuan Proses Keperawatan
Tujuan Umum
Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat, sehingga kebutuhan perawatan kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi.
Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983), proses keperawatan merupakan suatu tahapan desain tindakan yang digunakan untuk memenuhi tujuan keperawatan, antara lain:
       Mempertahankan kondisi kesehatan optimal pasien
       Melakukan tindakan  untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali
·                  Memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan kondisi pasien sehingga ia bisa mencapai derajat kehidupan yang baik
Tujuan Khusus
1.       Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem solving)
2.       Menggunakan standart dalam praktek keperawatan
3.       Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis
4.       Meperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi
5.       Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi
b.      Organisasi
Berdasarkan dimensi organisasi, proses keperawatan dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kelima tahapan ini merupakan proses terorganisir yang mengatur pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan rangkaian pengelolaan  klien secara sistematik
 SIFAT PROSES KEPERAWATAN
1.             Dinamis.
Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.
2.             Siklik.
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
3.      Interdependent / saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.
4.             Fleksibel atau luwes.
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti :
a.  Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b.  Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien
cDapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia
dDapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.
KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
1.       Tujuan : proses keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningatkan kualitas asuhan keperawatan
2.       Sistematik : menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan — meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan
3.       Dinamik : proses keperawatan ditujukan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan lien yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dan klien
4.       Interaktif : dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
5.      Fleksibel : dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun dan bisa digunakan secara berurutan
a.       Dapat diadopsi dalam praktek keperawatan dalam situasi apapun, baik dalam kaitannya dengan individu, keluarga, atau masyarakat
b.       Tahapannya dapat dilakukan berurutan sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
6.       Teoritis : setiap langah dalam proses keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmuyang luas, khususnya ilmu dan model keperawatan yang berlandaskan pada filosofi keperawatan dan ditekankan pada aspek :
 a.      Humanistic : memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia
 b.      Holistic : intervensi keperawatan harus memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.
c.      Care: asuhan keperawatan yang diberikan hendaknya berlandaskan pada standar praktek keperawatan dank ode etik keperawatan.     
Fungsi Proses Keperawatan
1.       Sebagai kerangka berpikir untuk fungsi dan tanggung jawab keperawatan dalam ruang lingkup yang sangat luas
2.       Sebagai alat untuk mengenal masalah klien, merencanakan secara sistematis, melaksanakan rencana dan menilai hasil.


Sasaran
Sasaran dalam proses keperawatan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan, karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Dapat juga yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan faktor ketidaktahuan klien tentang perawatan diri atau karena kelemahan fisik, mental dan sosial.
Komponen yang terkait adalah :
1.         Klien (individu, keluarga, masyarakat)
2.         Provider atau pemberi pelayanan keperawatan
3.         Anggota tim kesehatan lainnya.
Keuntungan Menggunakan Proses Keperawatan
a.         Bagi Pelayanan Kesehatan :
1.         Pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
2.         Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
b.         Bagi Pelaksana Keperawatan
1.         Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
Bila semua kebutuhan klien dapat dipenuhi, tentu akan dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan meningkat.
2.                     Pengembangan ketrampilan intelektual dan teknis bagi tenaga pelaksana  keperawatan.
3.         Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Kepuasan knsumen terhadap pelayanan keperawatan menunjukkan keyakinannya terhadap profesi keperawatan.
4.         Meningkatkan peran dan fungsi perawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
5.         Pengakuan otonomi keperawatan oleh masyarakat dan profesi lain.
Profesi keperawatan memberikan kesempatan kepada tenaga keperawatan untuk melaksanaan otonomi profesinya, yang didasari oleh tanggung gugat dan tanggung jawab, penerapan etika profesi dan standart praktek keperawatan.
6.         Peningkatan rasa solidaritas.
Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan.
7.         Peningkatan kepuasan tenaga keperawatan.
Kepuasan konsumen terhadap pelayanan keperawatan dengan sendirinya akan menimbulkan kepuasan bagi tenaga perawatan.
8.         Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
9.         Untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan penelitian ilmu keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan keperawatan.
c.         Bagi Pasien :
1.         Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
2.         Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)
3.         Kelanjutan asuhan
4.         Terhindar dari mal-praktik
D.      TEORI YANG MENDASARI
1.      Teori sistem
Sistem terdiri dari: tujuan proses dan isi
a.  Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, sehingga dapat memberikan arah pada sistem.
b.  Proses adalah sesuatu yang berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai
         c.  Isi  merupakan bagian atau elemen yang membentuk sebuah sistem.
2.      Teori kebutuhan manusia
Teori ini memandang bahwa manusia merupakan bagian integral yang berintegrasi satu sama lain dalam memotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (fisiologis, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri.
Pada dasarnya kebutuhan dasar manusia merupakan terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusi bisa mempertahankan hidupnya dan perawatlah yang berperan untuk memenuhinya.
Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan penerapan proses keperawatan selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu yang unik dan merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat.
3.       Teori persepsi
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien sama-sama terkena penyakit DM, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.
Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar.
Kondisi ini sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan dimana perawat dan klien mengumpulkan data.  Selanjutnya dari data tersebut akan diambil makna tertentu yang dapat digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
4.     Teori informasi dan komunikasi
Salah satu tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pasien. Oleh karena itulah perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi  dalam memahami informasi serta menjalin komunikasi yang efektif.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mencari data, menyeleksi, memproses, dan memutuskan sebuah tindakan berdasarkan informasi tersebut.
Proses keperawatan merupakan sebuah siklus karena memerlukan modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan, dan mengevaluasi ulang. Dengan demikian asuhan keperawatan memerlukan informasi yang akurat, dan untuk melakukannya, seorang perawat membutuhkan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
5.    Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Setiap tindakan yang rasional selalu disertai dengan keputusan atau pilihan. Sedangkan setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah menuntut kesedian orang yang terlibat agar mau menerima hal-hal baru dan perbedaan dari kondisi yang ada. Kesenjangan yang terjadi merupakan masalah yang membutuhkan jawaban serta solusi secara tepat.
Salah satu tujuan dari keperawatan adalah menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Melaui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah yang dihadapi dapat diidentifikasi secara tepat dan keputusan dapat diambil secara akurat.
Perbandingan antara pengambilan keputusan dan proses keperawatan dapat terlihat dalam tabel berikut ini: 
Proses Pengambilan Keputusan
Proses Keperawatan
Pengumpulan data
Pengkajian:
         Pengumpulan data
         Interpretasi
Identifikasi masalah
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Perencanaan
         Penentuan tujuan
         Identifikasi solusi
         Penentuan tujuan
         Rencana tindakan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi dan revisi proses
Evaluasi dan modifikasi

 E.      IMPLIKASI
Penerapan proses keperawatan memberikan dampak atau implikasi terhadap profesi keperawatan, klin dan perawat itu sendiri.
1.       Profesi
Secara professional, profesi keperawatan melalui 5 tahapan menyajikan lingkup praktik keperawatan yang secara terus menerus mendefinisikan perannya baik terhadap klien maupun profesi kesehatan lainnya.
Dengan demikian perawat bekerja melakukan sesuatu bukan hanya sekedar melaksanakan perintah dokter, melainkan melalui perencanaan keperawatan yang matang.
2.       Klien
Proses keperawatan mendorong klien dan keluarga berpartisifasi aktif dan terlibat ke dalam  5 tahapan proses tersebut.
Selama pengkajian, klien menyediakan informasi yang dibutuhkan, selanjutnya memberikan validasi diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik selama evaluasi.
3.       Perawat
Beberapa hal yang dapat diperoleh dari proses keperawatan, antara lain:
 a.           Meningkatkan kepuasan dan perkembangan profesionalisasi perawat
 b.           Meningkatkan hubungan antara klien dengan perawat.
 c.           Meningkatkan pengembangan kreativitas dalam penyelesaian       masalah klien.
E.       STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Standar prakek keperawatan nasional merupakan pedoman bagi perawat Indonesia, baik generalis maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, dll) dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
Standar praktek keperawatan di Indonesia, sebagaimana telah dijabarkan oleh PPNI, mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan yakni terdiri dari 5 standar antara lain: (1) pengkajian; (2) diagnosa keperawatan; (3) perencanaan; (4) implementasi; dan (5) evaluasi.
1.       Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan.

Kriteria Proses:
a.         Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (hasil lab, catatan klien lainnya)
b.         Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer berasal dari pengkajian langsung terhadap klien. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari selain klien, misalnya: keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya.
c.         Data yang dikumpulkan, berfokus untuk mengidentifikasi:
1)      Status kesehatan klien saat ini
2)      Status kesehatan klien masa lalu
3)      Status fisiologis-psikologis-sosial-spiritual
4)      Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2.           Standar II : Diagnosa Keperawatan
Perawat melakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan selama pengkajian untuk menegakan Diagnosa Keperawatan.
Kriteria Proses:
a.           Proses diagnosa keperawatan terdiri dari: analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.
b.           Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari:
         P (Problem)  masalah
         E (Etiology)  penyebab
         S (Symptom)  tanda dan gejala
Akan tetapi terkadang hanya terdiri dari P dan E saja.
c.          Validasi diagnosa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan klien dan berusaha untuk dekat dengan klien atau petugas kesehatan lain.
d.          Melakukan pengkajian ulang dan merevisi  diagnosa keperawatan berdasarkan data terbaru.
3.   Standar III : Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses:
a.       Perencanan terdiri dari penetapan:
         prioritas masalah
         tujuan
         rencana tindakan
b.      Melibatkan klien dalam membuat perencanaan keperawatan
 c.      Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
klien saat itu
d.     Mendokumentasikan rencana keperawatan
4.   Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam asuhan keperawatan.
Kriteria Proses:
a.       Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b.      Berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan kesehatan lain
c.       Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien
d.      Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggungjawabnya
e.      Menjadi coordinator pelayanan & advocator bagi klien dalam mencapai tujuan perawatan
f.        Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitasi-fasilitasi pelayanan kesehatan yang ada.
g.        Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan
h.        Mengkaji ulang & merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
5.   Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria Proses:
a.        Menyusun perencanaan evaluasi hasil terhadap intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
b.        Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan
c.       Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat dank lien
d.      Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan
e.      Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
F. PROFIL PERAWAT PROFESIONAL

Pelayanan Keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan Consumer Minded terhadap pelayanan yang diterima.Implikasi pelayanan keperawatan akan terus mengalami perubahaan dan hal ini akan dapat terjawab dengan memahami dan melaksanakan karakteristik perawat professional dan perawat millennium. Menurut Nursalam Peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga perawat, dituntut mampu manjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan.Sebagai Perawat professional maka peran yang diemban adalah “CARE” yang meliputi :
C = COMMUNICATION C = COMPLETE
A = ACCURATE
R = RAPID
E = ENGLISH
A = ACTIVITY C = COOPERATIVE
A = APPLICABLE
R = RESPOSIVE
E = EMPATHY
R = REVIEW C = CONSIDERED
A = APPROPRIATE
R = REASONED
E = EVALUATED
E = EDUCATION C = COMMITED
A = ACADEMIC
R = RESEARCH
E = EXTENDED

1. COMMUNICATION
Perawat memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Setiap melakukan komunikasi (lisan dan tulis) harus memenuhi tiga syarat di atas dan juga harus mampu berbicara dan menulis dalam bahasa asing minimal bahasa inggris.

2. ACTIVITY
Prinsip melakukan aktifitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien.Ativitas ini harus ditunjang dengan menunjukan suatu kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung-jawab terhadap setiap tugas yang diemban.
Tindakan keperawatan harus dilakukan dengan prinsip : “CWIPAT”
C : Check the orders & Equipment
W : Wash Your hands
I : Identify of Patient
P : Provide for Safety &Privacy
A : Asses the Problem
T : Tell the person or teach the patient about what you are going to do

3. REVIEW
Prinsip utamanya adalah moral dan Etika keperawatan. Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan.
Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan yang meliputi :
Ø Justice : Asas keadilan
Setiap prioritas tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien, tidak ada diskriminasi pasien dan alat
Ø Autnomy : Asas menghormati otonomi
Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan tindakan terhadap dirinya sendiri
Ø Benefienc : Asas Manfaat
Setiap tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari kecacatan
Ø Veracity : Asas kejujuran
Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang benar dan jujur kepada klien

Ø Confidentiality : Asas Kerahasiaan
Apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada tanggung-jawab moral dan profesi

4. EDUCATION
Perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan jalan terus menerus menambah ilmu melalui melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu.
Pengembangan pelayanan keperawatan yang paling efektif harus didasarkan pada hasil temuan-temuan Ilmiah yang dapat diuji ke-sahihannya.

G. PROFIL PERAWAT MILLENIUM

1. Career
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, harus mempunyai dasar pendidikan yang memadai, karena dengan keahlian dan dasar pendidikan yang tinggi sebagai indicator jaminan kualitas pelayanan kepada konsumen dan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal. Perawat juga harus memahami bagaimana konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya Manajemen Keperawatan.

2. Activity
Perawat harus memahami tentang semua tindakan yang dilakukan, baik dari segi keilmuan maupun etik dan moral Keperawatan.

3. Role
Dalam melaksanakan perannya, perawat dituntut mampu bekerjasama dengan profesi lain. Oleh karena itu Perawat harus dapat membedakan peran yang dimaksud.

4. Enhancement
Prinsip utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus-menerus seiring dengan perkembangan jaman yang dinamis, berubah setiap saat.Perawat dituntut untuk menunjukan independensi dalam memberikan asuhan dan tumbuhnya rasa percaya diri yang tinggi.Hal ini bisa ditempuh dengan mulai mempersiapkan diri dan membekali diri yang baik mulai sekarang.
Dengan memahami bagaimana karakteristik Perawat Profesional & Milenium seperti yang sudah dijelaskan di atas maka diharapkan agar para perawat mau mengembangkan dirinya masing-masing dengan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya agar dimasa mendatang mampu memenuhi kriteria-kriteria dari perawat profesional dan perawat millenium.



















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.Yang terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B.       Saran
Demikianlah makalah yang berisi tentang Konsep Proses Keperawatan ini kami susun dengan sebaik mungkin semoga pembahasan materi diatas dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan mempelajarinya. Amin ya robal alamin. Kami menerima kritik dan saran yang membangun agar pembahasan kami mengenai Konsep Proses Keperawatan ini lebih baik lagi.












                                                         DAFTAR PUSTAKA
Reference
Nursalam, 2001, Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek, Salemba Medika, Jakarta.