Berikut ini adalah satuan ukuran secara umum yang dapat dikonversi untuk berbagai keperluan sehari-hari yang disusun berdasarkan urutan dari yang terbesar hingga yang terkecil :
km = Kilo Meter
hm = Hekto Meter
dam = Deka Meter
m = Meter
dm = Desi Meter
cm = Centi Meter
mm = Mili Meter
A. Konversi Satuan Ukuran Panjang
Untuk satuan ukuran panjang konversi dari suatu tingkat menjadi satu tingkat di bawahnya adalah dikalikan dengan 10 sedangkan untuk konversi satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 10. Contoh :
- 1 km sama dengan 10 hm
- 1 km sama dengan 1.000 m
- 1 km sama dengan 100.000 cm
- 1 km sama dengan 1.000.000 mm
- 1 m sama dengan 0,1 dam
- 1 m sama dengan 0,001 km
- 1 m sama dengan 10 dm
- 1 m sama dengan 1.000 mm
B. Konversi Satuan Ukuran Berat atau Massa
Untuk satuan ukuran berat konversinya mirip dengan ukuran panjang namun satuan meter diganti menjadi gram. Untuk satuan berat tidak memiliki turunan gram persegi maupun gram kubik. Contohnya :
- 1 kg sama dengan 10 hg
- 1 kg sama dengan 1.000 g
- 1 kg sama dengan 100.000 cg
- 1 kg sama dengan 1.000.000 mg
- 1 g sama dengan 0,1 dag
- 1 g sama dengan 0,001 kg
- 1 g sama dengan 10 dg
- 1 g sama dengan 1.000 mg
C. Konversi Satuan Ukuran Luas
Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang namun untuk mejadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 100. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 100. Satuan ukuran luas tidak lagi meter, akan tetapi meter persegi (m2 = m pangkat 2).
- 1 km2 sama dengan 100 hm2
- 1 km2 sama dengan 1.000.000 m2
- 1 km2 sama dengan 10.000.000.000 cm2
- 1 km2 sama dengan 1.000.000.000.000 mm2
- 1 m2 sama dengan 0,01 dam2
- 1 m2 sama dengan 0,000001 km2
- 1 m2 sama dengan 100 dm2
- 1 m2 sama dengan 1.000.000 mm2
D. Konversi Satuan Ukuran Isi atau Volume
Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang namun untuk mejadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 1000. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 1000. Satuan ukuran luas tidak lagi meter, akan tetapi meter kubik (m3 = m pangkat 3).
- 1 km3 sama dengan 1.000 hm3
- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000 m3
- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000.000.000 cm3
- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000.000.000.000 mm3
- 1 m3 sama dengan 0,001 dam3
- 1 m3 sama dengan 0,000000001 km3
- 1 m3 sama dengan 1.000 dm3
- 1 m3 sama dengan 1.000.000.000 mm3
Cara Menghitung :
Misalkan kita akan mengkonversi satuan panjang 12 km menjadi ukuran cm. Maka untuk merubah km ke cm turun 5 tingkat atau dikalikan dengan 100.000. Jadi hasilnya adalah 12 km sama dengan 1.200.000 cm. Begitu pula dengan satuan ukuran lainnya. Intinya adalah kita harus melihat tingkatan ukuran serta nilai pengali atau pembaginya yang berubah setiap naik atau turun tingkat/level.
Satuan Ukuran Lain :
A. Satuan Ukuran Panjang
- 1 inch / inchi / inc / inci = sama dengan = 25,4 mm
- 1 feet / ft / kaki = sama dengan = 12 inch = 0,3048 m
- 1 mile / mil = sama dengan = 5.280 feet = 1,6093 m
- 1 mil laut = sama dengan = 6.080 feet = 1,852 km
1 mikron = 0,000001 m
1 elo lama = 0,687 m
1 pal jawa = 1.506,943 m
1 pal sumatera = 1.851,85 m
1 acre = 4.840 yards2
1 cicero = 12 punt
1 cicero = 4,8108 mm
1 hektar = 2,471 acres
1 inchi = 2,45 cm
B. Satuan Ukuran Luas
- 1 hektar / ha / hekto are = sama dengan = 10.000 m2
- 1 are = sama dengan = 1 dm2
- 1 km2 = sama dengan = 100 hektar
C. Satuan Ukuran Volume / Isi
1 liter / litre = 1 dm3 = 0,001 m3
D. Satuan Ukuran Berat / Massa
- 1 kuintal / kwintal = sama dengan = 100 kg
- 1 ton = sama dengan = 1.000 kg
- 1 kg = sama dengan = 10 ons
- 1 kg = sama dengan = 2 pounds
merumuskan diagnosa keperawatan
Setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi, dan mevalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini dalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan welness. (Carpentio 2000)
1. Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data klinik yang ditemukan.
Syarat: menegakan diagnosa aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80% - 100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.
Misalnya, ada data: muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari
Diagnosakekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal (Taylor, Lilis & LeMone,1988,p.283)
Jika suatu masalah semakin jelek dan mengganggu kesehatan “parineal” klien tersebut akan terjadi resiko kerusakan kulit dan di sebut sebagai:”rsiko diagnosa”
2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat,1990)
Syarat :menegakan resiko diahnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi). Penggunaan istilah “resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan atau kerentanan terhadap masalah.
Diagnosa:”resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menerus”
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept (konsep diri), tetapi kurang data yang cukup mendukung (definisi karakteristik / tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai:”kemungkin diagnosa”
3. Diagnosa keperawatan “wellness”
Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat yang lebih tinggi.
Syarat:menegakan diagnosa keperawatan wellness harus ada unsur P (problem)
Ada dua kunci yang harus ada:
1) Sesuatu yang harus menyenangkan pada tingakat kesejahteraan yang lebih tinggi
2) Adanya status dan fungsi yang efekif
Pernyataan diagnosa keperawatan yang dilakukan yang dituliskan adalah” potensial untuk peningkatan....” perlu dicatat bahwa diagnosa keperawatan kategori ini tidak mengandung unsur “faktor yang berhubungan”.
Contoh: potensial peningkatan hubungan dalam keluarga
Hasil yang diharapkan meliputi:
Ø Makan pagi bersama selama 5 hari / minggu
Ø Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga
Ø Menjaga kerahasian setiap anggota keluarga
Dan dilanjutkan denganpemberian PENKES.
Pola Fungsional Kesehatan | Fungsi yang positif Pernyataan Pengakajian |
1. Pola manajemen persepsi kesehatan | Persepsi kesehatan yang positif Manajemen Kesehatan yang efektif |
2. Pola nutrisi-metabolik | Pola nutrisi - metabolik yang efektif |
3. Pola eliminasi | Pola eliminasi yang efektif |
4. Pola aktivitas – gerak | Pola aktifitas-gerak efektif |
5. Pola istirahat-tidur | Pola istirahat-tidur yang efektif |
6. Pola kognitif-perseptual | Pola kognitif-perseptual yang positif |
7. Pola persepsi diri | Pola persepsi diri yang positif |
8. Pola hubungan peran | pola hubungan peran yang positif |
9. Pola seksual – reproduksi | Pola seksual- reproduksi yang positif |
10. Pola koping stres | Pola koping stres yang efektif |
11. Pola nilai - kepercayaan | Pola nilai-kepercayaan yang positif |
UNSUR-UNSUR PENULISAN AKTUAL DAN RESIKO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah diagnosa keperawatan diputuskan, maka perlu dilakukan penulisan diagnosa sesuai standar yang ada. Diagnosa keperawatan dapat di tuliskan dua daftar pertanyaan sesuai standar yang ada (masalah dan penyebab) atau tiga (masalah-penyebab- tanda dan gejala)
1) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan singakat mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat oleh klien dan apa yang harus dirubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan daria asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnosa keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.
a. Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang dimengerti secara umum.
b. Memfasilitasi penggunaan komputer dalam keperawatan ,karena perawata akan mampu mengakses diagnosa keperawatan.
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan.
2) Etiologi (Penyebab)
Etiologi, faktor resiko dan pendukung (related to):
Etiologi atau penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini bisa di sebut related to dari pernyataan diagnosa keperawatan (Carpenito 2000)
Etiologi meng identifikasi fisiologis psikologis sosiologis spiritual dan faktor-faktor yang dipercaya yang berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab atau pun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi keselahan dalam menentukan penyebab, maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien, misalnya, klien denghan Diabetes Melitus RS biasanya dengan hiperglikemia dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ketidaktaatan”. Katakanlah ketidaktatan tersebut berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan tindakan keperawatan diperioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi Diabetes Militus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnosa keperawatan meliputi unsur PSMM
P = Patofisiologi dari penyakit S = Situational (keadaan l;ingkungan perawatan) M =Mediaction (pegobatan yang diberikan) M = Maturasi (tingkat kematangan / kedewasaan klien) |
Etiologi, faktor penunjang dan resiko meliputi:
a. Pathofisiologi:
Semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat mentebabkan atau mendukung masalah.misalnya masalah “powerlessness”
Penyebab yang umum:
Ketidakmampuan berkomunikasi (CVA, intubation)
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CVA, trauma, servical, nyeri, IMA)
Ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya (pembedahan trauma dan arthrirtis)
b. Situasional (personal, envirinment)
Kurangnya pengetahuan, isolasi sosial, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya partisipasi klien dalam mengambil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecvehan seksual, pemindaha status sosial, dan perubahan personal teoriti.
c. Medication (tretmen – related)
Keterbatasan institusi atau rumahsakit: tidak snaggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.
d. Maturational
Adolescent:ketergantungan dalam kelompok, independen dan keluarga
Young adult :menikah, hamil, orangtua.
Dewasa tekanan karier, tanda-tanda pubertas
Eldrerly : kurangnya se3nsori ,motor, kehilangan, (uang, faktor yang lain)
3) Definisi karakteristik
Data-data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosa keperawatan aktual dan resiko.
Defining karakteristik:
a) Mayor (harus ada)
Menunjukan ketidak puasan tentang ketidakmampuannya mengontrol situasi.( misalnya: sakit, progonisis,perawatan, penyembuhan)
b) Minor (mungkin ada / timbul)
Menolak atau ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan Apatais, perilaku yang agresif, perilaku cemas,merusak, depresi.
Problem Etiologi Tanda dan Gejala (definisi karakteristik) | Identifikasi tentang sesuatu yang tidak sesuai/tidak sehattentang klien dan memerlukan perubahaan § Jelas, pernyataan yang singkat tenetang masalah klien Identifikasi faktor-faktor yang mendukung masalh respon klien § Faktor penyebab atau pendukung Identifikasi data subyektik dan obyektif sbg, tanda dari masalah keperawatan § Definisi karakteristik (tand adan gejala yang spesifik) | Memerlukan perubahan klien (haraoan untuk perubahan) § Kurangnya perawatan diri:mandi berhubungan dengan (related to) Memrukan pengukuran keperawatan yang sesuai § Takut jatuh di kamar mandi dan kegemukan ditandai dengan (“as manifested by”) Memerlukan kriteria evaluasi § Bau “pesing” rambut tidak pernah dikeramas. “saya takut jalan dikamarmandi dan memecahkan barang” |
KRITERIA PETUNJUK PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Taylor, Lilis & LeMone, 1997)
1. Tulislah masalah klien/ perubahan status klien.
2. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyebab dan keduanya dihubungkan dengan kata”sehubungan denagn (relatred to)”.
3. Definisi karakteristik jika diikuti dengan penyebab kemudian kemudiana di hubunglkan dengan kata” ditandai dengan (as manifefested by”).
4. Tulislah istilah yang umum digunakan.
5. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
6. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat dari klien atau apa yang diharapkan klien bisa dirubah.
7. Hindarkan menggunakan definisi karteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak bisa dirubah dalam pernyataan masalah.
8. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah bisa dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2000). Nursing Diagnosa: Application to Clinical Practice, ed, J. B Lippincott Co., Philadelphia.
Keliat, B.A. (1990). Proses Keperawatan, Penerbit ,Arcan, Jakarta.
NANDA.(1987). Taxsonomi l, with Official Diagnostic Categories.NANDA. St. Louis.
Taylot, C., Lilies, C & LeMone, P. (1998). Fundamental of Nursing: the arts and science of nursing care, J.B. Lippncott Co., Philadelphia.
gagal jantung
A. Pengertian
Ø Menurut Brawald, Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuanya hanya ada kalau disertai peninggian tekan pengisian ventrikel kiri
Ø Gagal Jantung (Heart Failure) adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.
B. Etiologi
Ø Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan yaitu :
· Beban tekanan
· Beban volume
· Tamponade jantung atau konstriski perikard, jantung tidak dapat
diastole
· Obstruksi pengisian ventrikel
· Aneurisma ventrikel
· Disinergi ventrikel
· Restriksi endokardial atu miokardial
2. Abnormalitas otot jantung
· Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik,
anemia) toksin atau sitostatika.
· Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal
3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi (3)
Di samping itu penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni pada masa neonatus, bayi dan anak (1)
Periode Neonatus
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila ada biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit atau gangguan metabolik lainnya. Lesi jantung kiri seperti sindrom hipoplasia jantung kiri, koarktasio aorta, atau stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung pada 1 atau 2 minggu pertama.(1)
Periode Bayi
Antara usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab tersering ialah kelainan struktural termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten atau defek septum atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi yang lebih kompleks seperti transposisi, ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda, atresia tricuspid atau trunkus arteriosus biasanya juga terjadi pada periode ini. (1)
Periode Anak
Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai setelah usia 1 tahun. Di negara maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung bawaan yang berat sudah dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi masalah pada pasien penyakit jantung bawaan setelah usia 1 tahun. (1)
Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung.
Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
- Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lain )
- Diabetes
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
- Kegemukan (obesitas).
- Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lain )
- Diabetes
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
- Kegemukan (obesitas).
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darahdi antara ruang-ruang jantung atau diantara jantung dan arteri utama.
Selain itu kebocoran jantung bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari: umur pasien, beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat ( apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung ).
Ø Pada bayi
gejala Gagal jantung biasanya berpusat pada keluhan orang tuanya bahwa bayinya : tidak kuat minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat dan berat badannya sulit naik.
Pasien defek septum ventrikel atau duktus arteriosus persisten yang besar seringkali tidak menunjukkan gejala pada hari-hari pertama, karena pirau yang terjadi masih minimal akibat tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang masih tinggi setelah beberapa minggu (2-12 minggu), biasanya pada bulan kedua atau ketiga, gejala gagal jantung baru nyata.
Ø Anak
Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak kurang aktif, toleransi berkurang, batuk, mengi, sesak napas dari yang ringan (setelah aktivitas fisis tertentu), sampai sangat berat (sesak napas pada waktu istirahat).
Ø Pasien dengan kelainan jantung
Pasien dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karea pemberian obat gagal jantung, dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada stress, misalnya penyakit infeksi akut. (1)
Pada gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri yang terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri, biasanya ditemukan keluhan berupa perasaan badan lemah, berdebar-debar, sesak, batuk, anoreksia, keringat dingin.
Tanda obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian basal, bunyi jantung III, pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi karena gangguan atau hambatan daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun, tanpa didahului oleh adanya Gagal jantung kiri, biasanya gejala yang ditemukan berupa edema tumit dan tungkai bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri tekan; bendungan pada vena perifer (vena jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites. Keluhan yang timbul berat badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki bengkak, perut membuncit, perasaan tidak enak di epigastrium. (2)
D. Patofisiologi
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung.
Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik. (3)
Kemampuan jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh ditentukan oleh curah jantung yang dipengaruhi oleh empar faktor yaitu: preload; yang setara dengan isi diastolik akhir, afterload; yaitu jumlah tahanan total yang harus melawan ejeksi ventrikel, kontraktilitas miokardium; yaitu kemampuan intrinsik otot jantung untuk menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada preload maupun afterload serta frekuensi denyut jantung.
Dalam hubungan ini, penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan. (1)
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral. (4)
Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi/ dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi.
E. Diagnosis Gagal Jantung
Bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Tanda yang penting adalah takikardi (150x/mnt atau lebih saat istirahat), serta takipne (50x/mnt atau lebih saat istirahat). Pada prekordium dapat teraba aktivitas jantung yang meningkat.
Bising jantung sering ditemukan pada auskultasi, yang tergantung dari kelainan struktural yang ada. Terdapatnya irama derap merupakan penemuan yang berarti, khususnya pada neonatus dan bayi kecil. Ronki juga sering ditemukan pada gagal jantung. Bendungan vena sistemik ditandai oleh peninggian tekanan vena jugular, serta refluks hepatojugular.
Kedua tanda ini sulit diperiksa pada neonatus dan bayi kecil, tampak sianosis perifer akibat penurunan perfusi di kulit dan peningkatan ekstraksi oksigen jaringan ekstremitas teraba dingin, pulsasi perifer melemah, tekanan darah sistemik menurun disertai penurunan capillary refill dan gelisah. Pulsus paradoksus (pirau kiri ke kanan yang besar), pulsus alternans (penurunan fungsi ventrikel stadium lanjut). Bising jantung menyokong diagnosis tetapi tidak adanya bising jantung tidak dapat menyingkirkan bahwa bukan gagal jantung. (1,3)
· Foto dada : dengan sedikit perkecualian, biasanya disertai kardiomegali. Paru tampak bendungan vena pulmonal. (1)
· Elektrokardiografi : di samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia, dapat ditemukan pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit miokardium/ pericardium. (1)
· Ekokardiografi : M-mode dapat menilai kuantitas ruang jantung dan shortening fraction yaitu indeks fungsi jantung sebagai pompa. Pemeriksaan Doppler dan Doppler berwarna dapat menambah informasi secara bermakna. (1)
F. Penatalaksanaan Gagal Jantung
Terdapat tiga aspek yang penting dalam menanggulangi Gagal jantung : pengobatan terhadap Gagal jantung, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan pengobatan terhadap faktor pencetus. Termasuk dalam pengobatan medikamentosa yaitu mengurangi retensi cairan dan garam, meningkatkan kontraktilitas dan mengurangi beban jantung.
Pengobatan umum meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen, pemberian cairan dan diet. Selain itu, penatalaksanaa gagal jantung juag berupa:
Medikamentosa :
Medikamentosa :
· Obat inotropik (digitalis, obat inotropik intravena),
· Vasodilator : (arteriolar dilator : hidralazin), (venodilator : nitrat, nitrogliserin), (mixed dilator : prazosin, kaptopril, nitroprusid)
· Diuretik
· Pengobatan disritmia
Pembedahan :
· Penyakit jantung bawaan ( paliatif, korektif )
· Penyakit jantung di dapat ( valvuloplasti, penggantian katup )
Komplikasi Gagal Jantung
Pada bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Pada gagal jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat mengakibatkan bendungan paru dan selanjutnya dapat menyebabkan ventrikel kanan berkompensasi dengan mengalami hipertrofi dan menimbulkan dispnea dan gangguan pada sistem pernapasan lainnya. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi hepatomegali, ascites, bendungan pada vena perifer dan gangguan gastrointestinal. (1,3,6)
Pada bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Pada gagal jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat mengakibatkan bendungan paru dan selanjutnya dapat menyebabkan ventrikel kanan berkompensasi dengan mengalami hipertrofi dan menimbulkan dispnea dan gangguan pada sistem pernapasan lainnya. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi hepatomegali, ascites, bendungan pada vena perifer dan gangguan gastrointestinal. (1,3,6)
Prognosis Gagal Jantung
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ minggu-minggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini hampir selalu akan berakhir dengan kematian. (1,3)
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ minggu-minggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini hampir selalu akan berakhir dengan kematian. (1,3)
Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk koreksi bedah. (1,4)
Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung. (1)
Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung. (1)
G. Mekanisme Gagal Jantung
Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
1. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight.
Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf.
Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf.
Adrenalin dan noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stres mendadak.
Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu.
Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu.
Curah jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan meningkatnya denyut jantung dan bertambah kuatnya denyut jantung.
Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini sangat menguntungkan.
Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan.
Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunya fungsi jantung.
Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan.
Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunya fungsi jantung.
2. Mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam (natrium) oleh ginjal.
Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air.
Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air.
Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung.
Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah.
Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah.
Otot yang teregang berkontraksi lebih kuat.
Hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung.
Hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung.
Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema).
Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya gravitasi.
Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan kaki
Jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung atau perut.
Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya gravitasi.
Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan kaki
Jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung atau perut.
Sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam.
3. Mekanime utama lainnya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi).
Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.
Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.
H. Mengobati Gagal Jantung
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung dan mengobati gagal jantung.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung dan mengobati gagal jantung.
1. Pembedahan bisa dilakukan untuk:
- memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup jantung
- memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-ruang jantung
- memperbaiki penyumpatan arteri koroner
yang kesemuanya bisa menyebabkan gagal jantung.
- memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup jantung
- memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-ruang jantung
- memperbaiki penyumpatan arteri koroner
yang kesemuanya bisa menyebabkan gagal jantung.
2. Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
3. Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi penyinaran terhadap
kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
4. Pemberian obat anti-hipertensi.
sumber: berbagai sumber
Langganan:
Postingan (Atom)